- Details
- Category: BERITA SEPUTAR PENGADILAN
- Hits: 6303
Kultum Ramadhan Panitera PA Kota Madiun "Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia" |12-03-2025|
KULTUM RAMADHAN PANITERA PA KOTA MADIUN "JANGAN BIARKAN PUASAMU SIA-SIA"
Aparatur PA Kota Madiun kembali melaksanakan kegiatan rutin Ramadhan 1446 Hijriah pada Rabu, (12/3/2025). Kegiatan yang dilaksanakan di Aula PA Kota Madiun ini diikuti oleh Ketua PA Kota Madiun Dr. H. Sofyan Zefri, S.H.I., M.S.I. bersama Wakil Ketua Imam Safi'i, S.H.I., M.H. dan Hakim, Panitera dan Sekretaris, Pejabat Struktural dan Fungsional serta PPNPN.
Kegiatan diawali dengan Shalat Dzuhur berjamaah dilaksanakan pukul 12.10 WIB dan di- Imami oleh Sekretaris PA Kota Madiun Onis Nur Islahi, S.Sos., M.M. Sebelum shalat Dzuhur juga telah dilakukan tadarus dan setelah shalat Dzuhur berjamaah dilanjutkan dengan Kultum singkat yang kali ini disampaikan oleh Panitera PA Kota Madiun Lucky Aziz Hakim, S.H.I., M.H. Dalam kesempatan yang diberikan beliau menyampaikan Kultum yang mengusung tema "Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia".
Beliau menjelaskan bahwa "Terdapat satu hadist Rasulullah SAW yang mengingatkan umatnya saat berpuasa di bulan Ramadhan. Kata nabi, jangan sampai orang yang berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
Betapa banyak orang yang puasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan dahaga (haus). (HR. An Nasa’i dan Ibnu Majjah). Dari hadits ini kita dapat mengetahui bahwa sejak di zaman nabi, banyak orang yang puasa tetapi tidak mendapat apa-apa dari puasanya, kecuali lapar dan haus.
Adapun hadits lainnya dalam redaksi berbeda, adalah sebagai berikut: Betapa banyak orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja” (HR An-NAsai).
Lebih lanjut, Panitera PA Kota Madiun menjelaskan dalam kumpulan ceramah Ramadhan singkat dan praktis Hatta Syamsuddin Lc, Pertama : Mereka yang berpuasa tanpa keikhlasan. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga kita : Innamal a'maalu binniyaaat. Yaitu: Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya ( HR Muttafaqi Alaih). Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda: “Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberikan balasannya, (H.R. Bukhari).
Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya dalam berpuasa karena godaan riya, harta maupun kecenderungan diri pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin dianggap, dihargai dan dipuji orang lain sebagai orang yang berpuasa. Ada pula orang yang berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini lebih banyak terjadi pada anak-anak kita yang mengidamkan hadiah dari para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu menyelesaikan puasa dengan sempurna. Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan bersemangat.
Bukan karena kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet dan menurunkan berat badan. Sungguh ini semua jika tidak dihapus dalam hati, akan mengotori keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam golongan mereka yang berpuasa tanpa pahala.
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Kedua, adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui mana yang membatalkan dan mana yang tidak. Maka mereka menjalani puasa tanpa aturan, atau memahami tidak dengan sepenuhnya benar. Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh dan tanpa makna. Menyangka telah melakukan hal yang benar padahal sejatinya salah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :“seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah).
Ketiga, tidak menahan nafsu. Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT tidak membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya” (HR Bukhori). Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu dan emosinya. Maka mereka menodai siang hari ramadhan dengan lisan yang tak terjaga dari ghibah, marah dan berkata dusta, atau anggota badan yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.
Keempat, adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh kemalasan, dalam arti tidak menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang bertaburan berkah. Mereka tidak menyadari dan memahami bahwa Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu ia adalah bulan musim kebaikan yang disyariatkan banyak amal kebaikan. Dan ingatlah bahwa perintah puasa adalah tujuannya takwa.
Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". Orang takwa adalah orang yang patuh tunduk kepada Allah dan selalu berbuat baik. Kalau puasa dengan tujuan-tujuan lain yang bukan tujuan takwa, bisa jadi inilah puasa yang kebanyakan orang tidak mendapat apa-apa. Wallahualam bishawabi.
Diakhir kultum, beliau mengingatkan kepada seluruh aparatur untuk menjalankan ibadah puasa dengan penuh kesadaran sehingga akan membawa keberkahan. Karena, jika tidak diiringi dengan niat yang lurus dan usaha untuk menjaga akhlak, maka nilai ibadahnya bisa berkurang. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk senantiasa menjaga lisan, menghindari amarah, serta meningkatkan ibadah agar puasa yang dijalankan tidak hanya menjadi rutinitas tahunan, tetapi juga membawa perubahan positif dalam kehidupan sehari-hari.
"Mari menjadikan Ramadan sebagai momen untuk memperbaiki diri, tidak hanya dari segi ibadah fisik, tetapi juga dalam menjaga hati dan perilaku. Allah SWT tidak butuh kita sekadar menahan lapar dan dahaga. Yang Allah inginkan adalah kita menjadi pribadi yang lebih baik melalui ibadah puasa.", pungkas Lucky Aziz Hakim, S.H.I., M.H.